Visiting Lecture UIN Bukittinggi di Malaysia: Eco-Feminisme dan Kearifan Lokal Suluak Jadi Sorotan

Selangor (Humas) — Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi kembali menorehkan kiprah akademik di kancah internasional melalui kegiatan visiting lecture di University Islam Selangor (UIS), Malaysia. Dalam kegiatan ilmiah tersebut, Dr. Hidayani Syam, M.Pd., selaku Kepala Program Studi S2 Pendidikan Agama Islam (PAI) UIN Bukittinggi, tampil sebagai narasumber utama dengan materi bertajuk “Eco-Feminisme dalam Keluarga: Menggali Peran Perempuan Minangkabau dalam Keseimbangan Keluarga dan Lingkungan.”

Dalam paparannya, Dr. Hidayani menekankan bahwa konsep eco-feminisme tidak hanya berbicara tentang kesetaraan gender dan pelestarian lingkungan, tetapi juga tentang bagaimana nilai-nilai kearifan lokal perempuan Minangkabau berperan dalam menjaga harmoni antara manusia, keluarga, dan alam.

 “Perempuan Minangkabau memiliki filosofi hidup yang berpijak pada keseimbangan dan keberlanjutan. Dalam adat, mereka adalah penjaga nilai dan pelestari kehidupan, baik dalam konteks keluarga maupun lingkungan,” ujar Dr. Hidayani di hadapan sivitas akademika UIS.

Kegiatan tersebut juga menghadirkan Hj. Betri Anwar, M.Pd., mahasiswa program Doktor (S3) PAI UIN Bukittinggi, yang menyampaikan materi “Peranan Suluak dalam Membentuk Insan Muttaqin di Minangkabau.” Dalam pemaparannya, Hj. Betri mengulas bahwa konsep suluak—yakni perilaku moral dan spiritual dalam budaya Minangkabau—merupakan pilar penting dalam membentuk insan yang bertakwa (muttaqin) serta berkarakter islami.

Kedua topik tersebut mendapat perhatian besar dari para dosen dan mahasiswa UIS karena berhasil mengangkat perspektif lokal Minangkabau ke dalam konteks global pendidikan Islam kontemporer. Diskusi berjalan hangat dengan pertukaran gagasan tentang peran budaya dalam memperkuat nilai-nilai keagamaan dan lingkungan hidup.

Kegiatan visiting lecture ini menjadi bagian dari upaya UIN Bukittinggi memperluas jejaring akademik internasional, memperkuat kolaborasi riset, dan memperkenalkan kearifan lokal Indonesia di dunia pendidikan global. Melalui kegiatan ini, diharapkan muncul sinergi keilmuan yang tidak hanya menghubungkan dua negara, tetapi juga dua nilai besar: keislaman dan kemanusiaan.

> “Ini bukan sekadar kegiatan akademik, tetapi bentuk diplomasi intelektual yang meneguhkan identitas Islam Nusantara yang ramah, berkeadilan, dan berwawasan ekologis,” tutup Dr. Hidayani.

Dengan terlaksananya kegiatan ini, UIN Bukittinggi berharap dapat terus menjadi jembatan pengetahuan antara budaya lokal dan pemikiran global, serta melahirkan kontribusi ilmiah yang membumi dan berdampak luas.(Humas UIN Bukittinggi/YH)

*Kontributor : Hidayani Syam

Aksesibilitas