Bukittinggi (Humas) – Langkah internasionalisasi UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi kembali menemukan pijakan baru. Selasa (19/8/2025), UIN Bukittinggi menandatangani nota kesepahaman dengan Institut Daing Ramlah Abdul Kadir (IRDAK) Singapura, meneguhkan simpul keilmuan Islam Melayu di panggung Asia Tenggara.
Penandatanganan berlangsung dalam suasana hangat di Kampus UIN Bukittinggi, dihadiri Rektor UIN Bukittinggi Prof. Silfia Hanani dan Rektor IRDAK Singapura Daing MD. Abdul Kadir A Tawajok. Hadir pula jajaran pimpinan UIN Bukittinggi: para dekan, Direktur Pascasarjana, ketua lembaga, serta Kepala Pusat Hubungan Internasional (International Office), Irwandi.
Kerja sama ini mencakup sejumlah program strategis, di antaranya:
- Pertukaran dosen dan mahasiswa
- Kolaborasi riset akademik
- Pengembangan kurikulum bersama
- Penyelenggaraan seminar dan forum ilmiah internasional
Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Silfia Hanani, menegaskan bahwa kolaborasi ini adalah bagian dari misi kampus dalam membangun jejaring akademik global yang tetap berpijak pada kekuatan tradisi lokal.
“Kolaborasi ini menjadi ruang baru untuk bertukar ide, memperluas cakrawala ilmiah, dan membawa pemikiran Islam bercorak Melayu ke tengah percakapan global,” ujarnya.
Sementara itu, Rektor IRDAK, Daing MD. Abdul Kadir A Tawajok, menekankan bahwa kerja sama ini adalah upaya strategis untuk menghidupkan kembali simpul keilmuan Islam yang sejak lama menghubungkan pusat-pusat pemikiran.
“Sumatera Barat memiliki sejarah panjang dalam kontribusi intelektual Islam. Kami di IRDAK percaya, simpul-simpul itu masih hidup dan perlu kita rajut kembali dalam konteks masa kini,” ungkapnya.
Kepala International Office UIN Bukittinggi, Irwandi, menambahkan bahwa kerja sama dengan IRDAK sekaligus memperkuat agenda internasionalisasi kampus.
“Kita ingin dunia tahu bahwa pemikiran Islam Melayu bukan sekadar warisan, tapi masih relevan, hidup, dan dapat berkontribusi signifikan dalam wacana global saat ini,” tegasnya.
Sumatera Barat, khususnya Bukittinggi, sejak lama dikenal sebagai salah satu pusat penting pembaruan Islam. Jejaring ulama Minangkabau melahirkan tokoh-tokoh besar seperti pemuda-pemuda minang diantaranya Mohammad Hatta (wakil presiden pertama Indonesia), Syekh Ahmad Khatib Al Minangkabawi (ulama dan tokoh penting dalam dunia Islam), dan Zubir Said (komponis lagu kebangsaan Singapura, “Majulah Singapura”) yang kiprahnya dikenal dunia.
Dalam konteks itu, kolaborasi UIN Bukittinggi dengan IRDAK Singapura bukan sekadar kerja sama administratif, melainkan upaya untuk merajut kembali jaringan keilmuan Melayu-Islam yang pernah hidup subur.
Melalui MoU ini, kedua pihak sepakat memperkuat program riset bersama di bidang studi Islam, pendidikan, dan peradaban Melayu. Pertukaran dosen dan mahasiswa akan membuka ruang mobilitas akademik lintas negara, sementara seminar dan konferensi bertaraf internasional akan menjadikan Bukittinggi dan Singapura sebagai simpul dialog ilmiah baru.
Tak hanya itu, pengembangan kurikulum bersama diharapkan menghasilkan materi ajar yang lebih kontekstual, relevan, dan selaras dengan kebutuhan zaman, tanpa meninggalkan akar tradisi Islam Melayu yang kaya.
Kerja sama ini menandai tonggak penting bagi UIN Bukittinggi dalam menguatkan diplomasi akademik. Dari kota kecil di lereng Marapi ini, suara Islam moderat bercorak Melayu diharapkan semakin terdengar di forum global.
Dengan semangat keterbukaan, integritas akademik, dan visi moderasi, UIN Bukittinggi dan IRDAK Singapura berkomitmen menjadikan kolaborasi ini sebagai jembatan keilmuan yang menghubungkan masa lalu, masa kini, dan masa depan Islam di Asia Tenggara. (Humas UIN Bukittinggi/WA)