Prodi AFI Tegaskan Komitmen Intelektual lewat Webinar Teori Sistem Kritik atas Atheisme

Bukittinggi (Humas) – Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam (AFI), Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi kembali menegaskan komitmennya dalam membangun dan memperkokoh tradisi intelektual di lingkungan akademik melalui penyelenggaraan webinar bertajuk “Teori Sistem Kritik atas Atheisme” pada Jumat (03/10/2025)

Kegiatan yang dilaksanakan secara daring melalui platform Zoom Meeting ini merupakan seri kedua dari rangkaian Diskursus Filsafat Ketuhanan, sebuah agenda akademik yang digagas oleh Prodi AFI bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) AFI. Rangkaian kegiatan ini menjadi bagian dari upaya berkelanjutan Prodi AFI dalam memperluas ruang diskursus ilmiah dan membangun atmosfer keilmuan yang kritis, rasional, serta berorientasi pada pencarian kebenaran filosofis tentang Tuhan dan realitas.

Acara dibuka secara resmi oleh Ketua Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam, Muallim Lubis, M.Pem.I, yang dalam sambutannya menekankan bahwa pemikiran kritis dan rasional merupakan fondasi utama dalam studi filsafat ketuhanan. Ia menjelaskan bahwa filsafat ketuhanan berperan penting dalam membangun jembatan antara akal dan iman, serta mengantarkan manusia pada pemahaman yang lebih mendalam mengenai hakikat eksistensi Tuhan.

 “Filsafat ketuhanan bukan sekadar studi tentang konsep teologis, melainkan upaya untuk menegakkan kesadaran rasional dalam memahami realitas Ilahi dan keterhubungan-Nya dengan tatanan kosmos. Melalui filsafat, kita diajak berpikir mendalam, proporsional, dan reflektif terhadap nilai-nilai ketuhanan yang menjadi dasar moralitas manusia,” ujarnya menegaskan.

Sementara itu, Silvi Yuliana, mahasiswa semester 5 yang juga menjabat sebagai Sekretaris Umum HMPS AFI, turut menyampaikan sambutan mewakili mahasiswa. Dalam pernyataannya, Silvi mengungkapkan apresiasi kepada seluruh civitas akademika Prodi AFI yang senantiasa mendukung kegiatan ilmiah semacam ini. Ia menilai bahwa kegiatan webinar bukan hanya wadah untuk memperkaya wawasan intelektual, tetapi juga sarana strategis dalam membentuk karakter mahasiswa yang berpikir kritis, terbuka, dan berkomitmen terhadap pencarian kebenaran.

 “Melalui ruang dialog ilmiah seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga berlatih membangun argumentasi, menguji ide-ide besar, dan mengasah kemampuan berpikir reflektif yang menjadi ciri utama seorang filosof,” tuturnya.

Webinar ini menghadirkan narasumber utama Dr. Gigih Saputra, S.Kom.I., M.Ag., dosen filsafat dari STIAMAK Barunawati Surabaya sekaligus penggagas Teori Sistem Kritik atas Atheisme. Dalam pemaparannya, Dr. Gigih menjelaskan bahwa teori yang dikembangkannya berangkat dari kebutuhan untuk memahami fenomena ateisme secara lebih sistematis dan komprehensif. Ia menyoroti bahwa ateisme modern bukan hanya penolakan terhadap eksistensi Tuhan, tetapi juga bentuk krisis epistemologis dan ontologis yang menuntut kajian filosofis mendalam.

Menurutnya, Teori Sistem Kritik atas Atheisme dirancang untuk memetakan struktur berpikir ateistik serta memberikan landasan argumentatif bagi rekonstruksi nalar teistik yang rasional.

 “Kritik terhadap ateisme tidak cukup dilakukan secara dogmatis atau emosional. Ia harus ditopang oleh sistem penalaran yang utuh, memadukan dimensi ontologis, epistemologis, dan teologis, sehingga mampu menjawab tantangan pemikiran modern yang kerap menafsirkan realitas Tuhan secara reduktif,” terang Dr. Gigih.

Jalannya kegiatan dipandu secara profesional oleh Wendra Jumardi, mahasiswa semester 7 sekaligus Ketua HMPS AFI, yang bertindak sebagai moderator. Dengan gaya dialogis dan interaktif, Wendra berhasil menciptakan suasana diskusi yang hidup dan terarah, mempertemukan berbagai perspektif dari peserta yang hadir. Sementara itu, Wahyu Firmansyah, mahasiswa semester 5 AFI, turut berperan sebagai Master of Ceremony dan mengatur jalannya acara dengan tertib serta penuh semangat akademik, menambah kehangatan suasana dalam ruang virtual tersebut.

Diskusi berjalan dinamis dengan keterlibatan aktif peserta dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Beragam pertanyaan dan tanggapan kritis muncul seputar konsep epistemologi ateisme, peran rasionalitas dalam keimanan, hingga tantangan spiritualitas di tengah arus sekularisasi modern. Keterlibatan peserta dari latar belakang akademik yang beragam memperkaya wacana dan menunjukkan bahwa isu filsafat ketuhanan masih memiliki relevansi kuat dalam konteks intelektual dan sosial saat ini.

Melalui terselenggaranya kegiatan ini, Prodi Aqidah dan Filsafat Islam FUAD UIN Bukittinggi semakin menegaskan posisinya sebagai pusat pengembangan wacana keislaman dan filsafat yang terbuka terhadap dialog rasional. Dengan demikian, kegiatan ini tidak hanya memperkuat tradisi akademik Prodi AFI, tetapi juga memperlihatkan komitmen nyata untuk melahirkan generasi intelektual muslim yang berpikir kritis, berwawasan luas, dan berakar pada nilai-nilai keislaman. Tradisi filsafat yang dikembangkan di Prodi AFI menjadi bukti nyata bahwa keilmuan Islam senantiasa mampu berdialog dengan rasionalitas modern, sekaligus menjaga keutuhan spiritualitas dalam bingkai keilmuan yang terbuka dan dinamis. (Humas UIN Bukittinggi/YH)

*Kontributor : Mualim Lubis

Aksesibilitas