17 Agustus 2025 genap sudah hari kemerdekaan Indonesia ke-80. Kami memperingatinya penuh dengan suka cita dan makna, termasuk di UIN Bukittinggi. Bagi saya sebagai rektor UIN Bukittinggi ini merupakan sejarah penting bagi saya, sudah dua kali saya menjadi inspektir upacara peringatan kemerdekaan ini di kampus ini, terhitung sejak pelantikan pada tanggal 9 Agustus 2024.
Haru rasanya, dimana semua civitas akademika UIN Bukittinggi berbaris rapi dan mengikuti rangkaian upacara. Berpakaian warna warni, sebagai tanda kampus ini memiliki telenta akomodatif keberagaman, sekaligus sebagai kampus yang familiar dengan budaya nusantara, budaya yang kita miliki.
Di hadapan saya, ada kelompok barisan, walaupun berkelompok-kelompok sesuai dengan posisinya tapi menyatu dan saling mengenal, tidak berjurang sedikit pun. Ini pula sebagai indikasi bahwa kampus ini, kampus yang memiliki sens of social yang tingga, care terhadap sesama. Budaya ini, yang menjadi perekat sosial yang memajukan. Bahwa kampus itu, tidak bisa berlari kencang tanpa ada keharmonisan dan kesatuan sosial di dalamnya.
Saya menyematkan, bebera pesan ditengah haru biru suasana upacara peringatan 17 Agustus tahun ini. Di bawah terik matahari yang bersahabat dikawal Gunung Marapi dan Singgalang yang tampak begitu indah dihadapan saya seperti indahnya barisan peserta upacara, saya sampaikan pesan Menteri Agama Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA yang dititipkannya kepada pimpinan Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) pada Rapat Koordinasi Peningkatan Tata Kelola PTKIN tanggal 14 Agustus 2025 yaitu PTKIN harus mampu menjalankan peran ganda, peran akademik dan peran sosial yang lebih luas.
Kampus harus menjadi pionir pelaksana peran akademik, menciptakan dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Tetapi peran akademik itu harus diperkuat oleh peran sosial daripada civitasnya. Civitas akademik kampus tidak hanya berdiam dengan seribu bahasa dalam kampus, tetapi ia juga harus mendesai dirinya menjadi agent-agent sosial yang bekontribusi positif. Makanya, ketika masyarakat meminta tugas keumatan kepada civitas akademika PTKIN, tidak ada celah untuk mengelak tetapi melaksanakannya dengan baik.
Ada lagi pesan-pesan yang saya sampaikan, terkait tentang tugas-tugas kita kedepan untuk membawa UIN Bukittinggi mencapai visinya. Saya sampaikan pula pesan tentang mari kita semua civitas akademik membuat pagar kekuatan untuk membentengi kampus dari segala kemaksiatan. Kampus kita pulangkan kesejatiannya untuk mencetak manusia yang cakap kognitif, afektif dan psikomotoriknya.
Tahun ini ada 38 ASN UIN Bukittinggi menerima penghargaan satya lencana 10 tahun dan 20 tahun, tentu ini sebuah sejarah perjalanan pengabdian bagi yang menerimanya. Disamping ada penghargaan akademik dan pengahargaan pengabdian kepada beberapa dosen dan tendik.
Dibalik itu juga kita lepas ASN yang purna tugas, tentu berat bagi kita untuk mengatakan selam perpisahan, saya tadi hanya membisikan berkali-kali jangan putus kolaborasi dengan UIN Bukittinggi, bantu selalu kami mewujudkan mimpi-mimpi kebajikan untuk UIN Bukittinggi. Selesai sudah mengemban tugas sebagai inspektur upacara, ada rekam bersama kita abadikan untuk mengenang masa lalu, kita berfoto dengan berbagai pose dan gaya. Inilah kelebihan kita kini, insan yang memotret diri dengan ragam jejak, sehingga kita jangan sampai kehilangan sebuah moment masa lalu, yakinlah semua kita pasti tidak menghendaki the end of history dalam hidup ini.
Cumlaude, Umrah Untukmu
Selesai sudah kita diranah kegiatan upacara memperingati kemerdekaan, tapi tugas belum usai. Saya berdiskusi dengan panitia PBAK, karena kegiatan ini akan dilakukan di UIN Bukittinggi. Ada ekspatasi yang tinggi saya tumpangkan dalam kegiatan ini, untuk mengenalkan kampus sebagai ramah edukasi, ramah intelektual, ramah kemanusiaan, ramah sekologis, dan menjunjung tinggi ajaran agama. Disinilah letak kemewahan kampus itu menurut saya.
Tak usai di situ, saya melanjutkan berkeliling kampus dan kegiatan ini hampir sudah menjadi agenda saya, minimal 2 kali dalam seminggu. Dari situ saya mendapatkan banyak fenomena yang kadang perlu ditindak lanjuti dengan cepat.
Surprise, saya mendatangi mahad perempuan karena banyak mahasiswa baru diantarkan oleh keluarganya. Saya perhatikan raut wajah orang tua mahasiswa, ada bahagia, ada yang sedih dengan meneteskan air mata, mungkin berat untuk berpisah dengan anaknya. Sayup-sayup banyak pesan-pesan yang ditinggalkan oleh para orang tua kepada anaknya. Kemudian berlalu dengan lambaian tangan, penuh harapan kelak kau harus sukses nak! Sebagai orang yang menyaksikan, teringat pula oleh saya masa lalu masa seusia itu.
Ada satu pesan orang tua yang terdengar oleh saya dan sulit untuk saya lupakan, hingga saya harus menuliskannya disini. Pesan itu jelas sekali ditelinga saya, “nak jaga diri baik-baik, belajar dengan tulus dan ikhlas, ukir prestasi dan kami berdoa kamu sukses, sampil mengusap kepala anaknya. Kemudian terdengar lagi pesan seperti ini “nak jika kau cumlaude maka umrah menantimu”.
Mereka berpisah dan jabtan kuat tangan mereka lepas dari genggaman, berlalu dan berpisah dengan harapan masing-masing. Saya pun tersentak mendengarkan pesan itu, menggelegar merinding, semoga kita tidak menyia-nyiakan anak bangsa yang dititipkan kepad UIN Bukittinggi untuk mengukir masa depannya. Kita wujudkan mimpi-pimpi dan cita-cita mereka. Semoga! Salam Hangat, Prof. Silfia hanani