Bukittinggi (Humas) — Di tengah semakin mengkhawatirkannya kondisi lingkungan global, konsep ekosufisme muncul sebagai pendekatan spiritual yang mengedepankan harmoni antara manusia dan alam. Menurut Adlan Sanur Tariharan, mahasiswa Program Doktor Aqidah Filsafat Islam Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi, ekosufisme merupakan perpaduan antara ajaran tasawuf dan kesadaran ekologis, yang menekankan pentingnya kedamaian batin sebagai landasan untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Ekosufisme, lanjutnya, mengajak manusia untuk tidak hanya melihat alam sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan, melainkan sebagai bagian dari ciptaan Tuhan yang harus dihormati dan dilindungi. “Dengan demikian, pelestarian lingkungan bukan semata tugas ilmiah atau teknis, tetapi juga kewajiban moral dan spiritual, ” jelasnya saat tampil pada seminar internasional bertajuk Bridging the Boundaries: Integrating Computer Science and Interdisciplinary Sciences, yang digelar Universitas Islam Negeri (UIN) Bukittinggi, (30-31/7/2025).
Adlan Sanur yang tampil bersama rekannya Rahmat Tri Hadi dengan proyek riset bertajuk “Integrasi Ekosufisme dalam Pengembangan Teknologi Hijau: Menuju Masa Depan yang Harmonis dan Berkelanjutan”, menjelaskan bahwa ekosufisme menuntun kita untuk menjalani hidup dengan penuh kesadaran dan rasa syukur terhadap anugerah alam oleh Allah Ta’ala. “Melalui praktik dzikir dan doa, kita dapat menguatkan hubungan batin dengan alam dan memahami pentingnya menjaga keseimbangannya,” ungkap dosen Aqidah Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah UIN Bukittinggi itu.
Rekan sejawatnya,Rahmat Triadi, menyebut gerakan ekosufisme kini mulai mendapat tempat di berbagai komunitas, terutama di kalangan akademisi dan aktivis lingkungan yang mencari alternatif solusi krisis ekologi. “Beberapa program pendidikan dan pelatihan telah digelar untuk mengenalkan konsep ini sebagai bagian dari upaya membangun kesadaran lingkungan yang holistik”, terangnya.
“Dengan meningkatnya tekanan terhadap sumber daya alam dan perubahan iklim, pendekatan spiritual seperti ekosufisme diyaki mampu menopang gerakan pelestarian lingkungan melalui perubahan sikap dan perilaku manusia secara mendalam, ” pungkasnya. (Humas UIN Bukittinggi/YH)
*Kontributor : Irwandi