Penegasan Isra’ Mi’raj Sebagai Legasi Kemajuan

Mungkin dari segi spritualisasi bercerita tentang Isra’ Mi’raj (IM) tentu sudah sangat banyak versi diceritakan oleh pendakwah-pendakwah, namun kita ingin lagi cerita kekinian cerita global, cerita peradaban dari rekaputual IM untuk masa kini yang tengah kita peringati, kita hayati dan kita maknai.

Sebagai seorang penganut teori struktural fungsional, bagi saya IM adalah desain Tuhan bukan untuk Nabi Muhammad saja tetapi juga untuk kita, untuk dunia dan untuk sekalian alam. IM mereposisi kita kepada pentingnya berteknologi, berilmu pengetahuan, bersekolah, berkuliah dan seterusnya, sehingga dengan itu kita bisa mencapai aras kemajuan yang paripurna, sebagaimana paripurnanya Nabi Muhammad membawa risalah-risalah untuk bumi persada.

IM, membawa kita memfungsikan akal untuk mengatur dan memposisikan dunia yang rahmatalilalamiin, tidak hanya dengan perangkat-perangkat keras tetapi juga dengan soft skill inilah yang disebut dalam konteks sekarang, keseimbangan antara kemajuan dengan karakter manusia. Keseimbangan kemajuan antara duniawiah dengan ukhrawiah ini sekarang  sedang mati-matian dirolemodelkan oleh sekolah, dengan bentuk dan konsep yang bermacam-macam.

IM sudah berabad-abad melegasikan kepada manusia agar berteknologi dan penguasaan ilmu pengetahuan sebagai persyaratan mutlak untuk meletakan peradaban bumi. Kesalahan besar bagi orang-orang yang menafikan penguasaan ini, keasalahan besar bagi kelompok orang yang tidak mau memposisikan akal pikirannya untuk mendorong untuk kepentingan tersebut. Dalam konteks ini, kita maknai IM adalah simbolisasi yang mendorong kemajuan teknologi yang mampu mengantarkan manusia penjelejahan kemajuan tanpa batas, sebagai persyaratan membuka tabir dunia sebagai ruangan yang kaya dengan ilmu pengetahuan itu sendiri.

IM, memberikan penekan pula kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan harus dikaloborasikan dengan ruh spritualisasi yang meninggikan rasa kemanusiaan manusia, yang kita sebut dengan soft skill tadi. Dimana ada hati yang sudi pengendali dari setiap Langkah, pemotivasi paripurna hidup kedepan, hidup yang panjang dalam belutan ridha Ilahi, ada ruh spritual yang patut dijaga sebagai penyelamat ditengah kemajuan yang dicapai.

Fungsi Perguruan Tinggi terutama keagamaan Islam pada posisi itu, bagaimana menyeimbangkan penguasaan kedua hal tersebut, menyeimbangkan antara kepentingan daya teknologi dan ilmu pengetahuan yang tinggi namun tetap dibingkai oleh building character atau soft skill  religiusitas dengan nilai-nilai universal. Konteks ini diterjemahkan oleh beberapa perguruan tinggi dengan integrasi sain dan teknologi atau dengan sebutan yang sejenis lainnya.

Tidak ada satu sama lainnya berjurang dan lepas, ketika satu sama lainnya lepas dari ikatana integritas itu maka disinilah muncul permasalahan dan gap yang kemudian mengendalikan berbagai kerusakan-kerusakan bumi dengan berbagai aspeknya, apakah aspek ekologis, aspek atmosfir, sosial, moral dan seterusnya, sehingga umur dunia dirundung masalah yang tidak selesai dan berdamai, atau rahmatalil’alamiin tidak lekat dalam masyarakat dunia.

IM, selain meratifikasi kepada umat sejagat untuk maju juga menjelaskan secara integritas tentang kekayaan akal budi dalam mengeola dunia, sebagaimana diilustrasikan dalam perdamaian yang dibangun Nabi Muhammad dengan Malaikat dan Tuhan, hingga wujudnya shalat lima waktu yang kita implmentasikan saat sekarang. Akal budi ini, sebagai modal sosial, religius dan kedamian dunia yang harus diperkokoh. Dalam konteks ini, kita butuh dari pengelola pendidikan kurikulum cinta seperti yang didengungkan oleh Menteri Agama, Prof. Dr. Nasarudin Umar dalam berbagai kesempatan.  Sebuah kurikulum yang mengharmonisasi rasa kehumanismaan manusia., sehingga dibumi tumbuhkembang manusia-manusia berjiwa harmoni, berjiawa saling memaknai, saling menjaga dan seterusnya. Selamat memperingati hari Isra’ Mi’raj.

Aksesibilitas