Senin dan Selasa, 30-31 Agustus 2021
Pengantar
COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan warga, tetapi juga relasi sosial. Turro Wongkaren, anggota tim pakar Satgas penanganan COVID-19 bidang perubahan perilaku menilai bahwa stigma merupakan faktor penyebab masyarakat enggan memeriksakan diri ketika merasakan gejala atau telah kontak dengan penderita COVID-19 (AntaraNew.com, 24 November 2020). Selain stigma, dampak sosial COVID-19 adalah beredarnya rumor dan hoaks yang meresahkan masyarakat. Rumor yang berkembang sejak awal dan masih beredar hingga saat ini misalnya mengklaim bahwa COVID-19 buatan negara tertentu untuk menjatuhkan kelompok agama tertentu. Rumor lain yang juga berkembang adalah seputar vaksin. Rumor lain yang beredar mengklaim bahwa vaksin COVID-19 tidak aman dan tidak ada gunanya (CNN Indonesia, 23 November 2020). Narasi di atas adalah beberapa contoh tantangan dalam penanganan COVID-19 di Indonesia.
Dampak negatif COVID-19 yang paling berbahaya untuk jangka panjang adalah rusaknya kohesi sosial akibat stigma, rumor, dan hoaks seputar Covid-19. Stigma, rumor, dan hoaks tersebut kemudian dapat membentuk narasi atau cerita yang mengendap di masyarakat. Narasi tersebut, dalam kaitannya hubungan antar-agama, berpotensi memecah belah dan merusak kohesi sosial. Hubungan antar komunitas agama, khususnya di daerah yang telah memiliki pengalaman terbelah akibat intoleransi atau politik identitas, juga semakin tidak mudah.
Tokoh agama dan anak muda adalah salah satu aktor penting dalam menangani dampak sosial COVID-19. Sejak awal virus ini berkembang, salah satu klaster penyebaran virus ini adalah rumah ibadah. Setelah kebijakan pemerintah longgar, protokol rumah ibadah juga seolah-olah ikut longgar. Potensi virus menyebar melalui rumah ibadah maupun kegiatan keagamaan kembali terbuka lebar mengingat kita telah memasuki bulan Ramadhan dan hari raya besar keagamaan semakin dekat.
Pemuka dan anak muda lintas agama yang memiliki pemahaman mengenai apa itu narasi negatif amat diperlukan untuk menjaga kewarasan di tengah pandemi. Setelah memahami, mereka juga perlu memiliki kemampuan memproduksi cerita atau narasi positif yang dapat menjadi alternatif bagi masyarakat untuk tetap mempertahankan kohesi sosial. Berdasarkan narasi tersebut, para pemuka lintas agama tersebut diharapkan dapat bekerja sama menyebarkan dan menjadikan narasi positif tersebut sebagai arus utama di masyarakat.
Atas dasar itu, kami akan menyelenggarakan lokalatih penguatan kapasitas anak muda lintas agama untuk membangun narasi positif dalam merespons dampak negatif COVID-19 di Indonesia. Acara ini telah terselenggara di Bogor, Bekasi, Cirebon, Kuningan, Jakarta, Tangerang, Depok, Tasikmalaya, Malang, dan Pasuruan.
Tujuan
Lokalatih ini bertujuan untuk:
- Memperkuat kapasitas anak muda lintas agama dalam memahami dan memproduksi narasi positif untuk merespons dampak negatif COVID-19 terhadap kohesi sosial di Indonesia.
- Anak muda lintas agama memiliki keterampilan dan amunisi untuk membalikkan narasi negatif ke narasi positif terkait dampak COVID-19 terhadap kohesi sosial di komunitasnya.
Waktu dan Tempat
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada 30-31 Agustus 2021 melalui Zoom. Jadwal kegiatan terlampir.
Peserta
Kegiatan ini akan mengundang 30 peserta. Peserta terdiri dari mahasiswa IAIN Bukittinggi, perwakilan Pemuda Lintas Agama, penyuluh agama, dan humas Kemenag dan Diskominfo Kota Bukittinggi..
Narasumber dan Fasilitator
Lokalatih ini akan mengundang narasumber dari kalangan akademisi dan praktisi dalam bidang binadamai, resolusi konflik, dan ujaran kebencian yang telah berpengalaman, selain narasumber lokal. Seluruh lokalatih ini akan difasilitasi oleh fasilitator terlatih dari PUSAD Paramadina dan FKUB Kota Bukittinggi, dan pengajar IAIN Bukittinggi.
Narahubung
Narahubung kegiatan ini adalah Dr. Zulfan Taufik (0819-3268-4245)
Lokalatih Penguatan Kapasitas Pemuda Lintas Agama: Merespons Narasi Negatif dan Memperkuat Kohesi Sosial di Masa Pandemi
PUSAD Paramadina | FUAD IAIN Bukittinggi | FKUB Kota Bukittinggi | Diskominfo Kota Bukittinggi
Senin dan Selasa, 30-31 Agustus 2021
Hari 1 – Senin, 30 Agustus 2021
Jam |
Sesi |
Fasilitator / Narasumber | |
Mulai | Selesai | ||
08.00 | 08.30 | Registrasi/Zoom dibuka | Panitia |
08.30 | 10.00 | Sesi 1- Pembukan
1. Sambutan PUSAD Paramadina 2. Sambutan Dekan FUAD IAN IAN Bukittinggi. 3. Sambutan Diskominfo Bukitinggi sekaligus membuka acara
Doa Pembuka: FKUB Kota Bukittinggi /IAIN Bukittinggi
|
Host : Siti Nurhayati |
10:00 | 10:45 | Perkenalan, harapan dan kekhawatiran, tata tertib, alur pelatihan. | Ega Melindo dan Imelda Putri |
10:45 | 11:00 | REHAT | |
11:00 | 12:30 | Sesi 2 – Pemetaan Dampak Negatif Covid-19 Terhadap Kohesi Sosial di Bukitinggi | Fasilitator: Zulfan dan Nofri |
12:30 | 13:30 | REHAT | |
13:30 | 15:00 | Sesi 3 – Rumor, Hoaks, dan Narasi | Fasilitatator : Siswo Mulyartono
Moderator : Raditya Darningtyas |
15:00 | 15:30 | ISOMA | |
15:30 | 17.00 | Sesi 4 – Narasi, Kontranarasi, dan Narasi Alternatif | Fasilitator : Husni Mubarok
Moderator : Agidia Oktavia |
Hari 2 – Selasa, 31 Agustus 2021
Jam | Sesi | Fasilitator/ Narasumber | |
Mulai | Selesai | ||
08:00 | 09:00 | Review | Ega Melindo |
09.00 | 11.00 | Sesi 5 (Break Out room)
– Assessment Narasi Pada Pemetaan Masalah – Menyusun Narasi Alternatif – Strategi dan Implementasi
|
Fasilitator:
PUSAD Paramadina IAIN Bukittinggi |
11.00 | 12.30 | Diskusi Kelompok
Peserta dibagi dalam enam kelompok Presentasi Kelompok |
Fasilitator:
PUSAD Paramadina IAIN Bukittinggi |
12.30 | 13.30 | ISOMA | |
13:30 | 15:00 | Sesi 6- Refleksi dan Rencana Tindak Lanjut | Ega Melindo, Zulfan dan Nofri |
15.30 | 16.00 | REHAT | |
16:00 | 16:30 | Sesi 7 – Post Test, Peserta Terfavorit | Siti Nurhayati |
16.30 | 17.00 | Penutupan
Menyanyikan lagu Bagimu Negeri
Doa Penutup
|
Imelda Putri |