Lima Dosen UIN Bukittinggi Lolos AICIS+ 2025, Rektor: Bukti Integrasi Islam dan Sains di Tingkat Global

Bukittinggi (Humas) — Lima dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech Muhammad Djamil Djambek Bukittinggi berhasil lolos seleksi ketat sebagai peserta Open Panel dan Invited Panel pada ajang Annual International Conference on Islam, Science, and Society (AICIS+) ke-24 tahun 2025.

Capaian membanggakan ini menegaskan posisi UIN Bukittinggi sebagai salah satu pusat pengembangan ilmu keislaman yang adaptif terhadap perkembangan sains dan teknologi, sekaligus responsif terhadap isu-isu global seperti krisis spiritual, sosial, dan ekologis.

Melalui Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 7181 Tahun 2025, kelima dosen tersebut berhasil menembus seleksi dari 2.434 peneliti dari 31 negara. Dari ribuan abstrak yang masuk, hanya 234 karya ilmiah yang terpilih untuk dipresentasikan dalam konferensi bergengsi yang diselenggarakan oleh Kementerian Agama RI tersebut.

Tahun ini, AICIS+ 2025 mengusung tema besar “Islam, Ekoteologi, dan Transformasi Teknologi: Inovasi Multidisipliner untuk Masa Depan yang Adil dan Berkelanjutan.” Berbeda dari edisi sebelumnya, AICIS+ tampil sebagai gerakan akademis lintas disiplin yang mempertemukan Islam, sains, dan masyarakat dalam dialog global yang lebih luas.

Lima Dosen UIN Bukittinggi yang Lolos AICIS+ 2025

  1. Dr. Irwandi, M.Pd. — Menggali isu lingkungan melalui pendekatan ekolinguistik, ekoteologi, dan pemikiran Islam.
  2. Asrul Harahap, M.Sos. — Membahas Dalihan Na Tolu sebagai kerangka budaya untuk membangun harmoni antaragama di Sumatera Utara.
  3. Hardiansyah Padli, SE.I., ME. — Meneliti konstruksi sosial keberlanjutan ekonomi Minangkabau melalui integrasi nilai tradisional dan praktik ekonomi lokal.
  4. Prof. Dr. Busyro, M.Ag. — Tampil dalam invited panel dengan riset tentang kontestasi pemahaman hukum Islam mengenai Waliyul Amri di Indonesia.
  5. Dr. Edi Rosman, S.Ag., M.Hum. — Membahas kontestasi hukum pidana lokal, hukum negara, dan hukum Islam dalam konteks sosial kontemporer.

Rektor UIN Bukittinggi, Prof. Dr. Silfia Hanani, M.Si., menyampaikan apresiasi atas prestasi tersebut. Ia menilai keberhasilan ini merupakan bukti nyata bahwa riset dan pengembangan keilmuan di UIN Bukittinggi semakin diakui dalam skala internasional.

“Keberhasilan para dosen ini bukan hanya prestasi individu, tetapi juga representasi dari semangat UIN Bukittinggi dalam mengintegrasikan nilai-nilai Islam dengan keilmuan modern. Ini menunjukkan bahwa Islam dan sains dapat berjalan beriringan untuk memberikan solusi bagi kemanusiaan,” ujar Prof. Silfia.

Lebih lanjut, Prof. Silfia menegaskan bahwa capaian ini sejalan dengan visi UIN Bukittinggi untuk menjadi universitas unggul dalam keislaman dan sains teknologi berbasis kearifan lokal yang bertaraf internasional pada tahun 2047.

“Kami terus mendorong sivitas akademika untuk aktif berkontribusi dalam forum-forum ilmiah internasional. AICIS+ menjadi ruang strategis untuk memperkenalkan wajah Islam Indonesia yang moderat, ilmiah, dan berkeadaban,” tambahnya.

Salah satu peserta, Asrul Harahap, M.Sos., mengungkapkan rasa syukur dan tanggung jawab akademik atas terpilihnya dosen UIN Bukittinggi dalam ajang internasional tersebut.

“Terpilihnya kami menjadi peserta AICIS+ 2025 adalah amanah besar. Kami ingin membawa perspektif Islam Nusantara yang damai dan rasional ke ruang diskusi global,” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Agama RI, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, M.A., dalam pernyataan resminya menyebut bahwa transformasi AICIS menjadi AICIS+ mencerminkan reposisi intelektual Islam yang lebih inklusif dan interdisipliner.

“AICIS+ menandai evolusi pemikiran Islam dengan membuka dialog yang lebih luas antara agama, sains, dan masyarakat. Ini adalah wujud kontribusi nyata akademisi Islam Indonesia terhadap peradaban global,” tutur Menteri Nasaruddin.

Menutup pernyataannya, Rektor Prof. Silfia menegaskan bahwa semangat AICIS+ menjadi inspirasi bagi perguruan tinggi keagamaan untuk terus berperan aktif dalam menjawab tantangan global melalui riset dan inovasi.

“Transformasi AICIS+ sejalan dengan arah akademik UIN Bukittinggi yang mendorong riset interdisipliner berbasis nilai Islam dan kearifan lokal. Kami ingin kampus ini menjadi pusat keilmuan yang melahirkan solusi berkeadilan dan berkelanjutan bagi dunia,” pungkasnya.

(Humas UIN Bukittinggi/YH)

Aksesibilitas