Duo Mahasiswa UIN Bukittinggi Tampil di Panggung Internasional SeIBa 2025

Bukittinggi (Humas) – Delegasi UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi berhasil mencuri perhatian dan menorehkan prestasi gemilang dalam ajang akademik bergengsi, The 3rd SeIBa International Festival 2025, yang diselenggarakan oleh UIN Imam Bonjol Padang.

Forum internasional yang diikuti oleh delegasi dari berbagai negara Asia Tenggara serta Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) se-Indonesia ini menjadi panggung pembuktian kapasitas intelektual generasi muda.

Adalah Ridwan dan Puja Kurnia Loka, dua mahasiswa program studi Ilmu Hadis UIN Bukittinggi, yang membawakan isu-isu keislaman kontemporer dengan analisis mendalam. Kehadiran mereka menunjukkan kontribusi akademis UIN Bukittinggi dalam memperkaya wacana global di panggung yang disiapkan oleh UIN Imam Bonjol Padang.

Ridwan, dalam presentasi berjudul “Analisis Pemahaman Ulama terhadap Hadis Puasa Hari Senin sebagai Dalil Maulid Nabi”, menyajikan kajian yang membedah argumen historis dan spiritual di balik perayaan Maulid Nabi.

Dok : Mahasiswa UIN Bukittinggi tampil di panggung internasional SeIBa Tahun 2025

Ia berargumen bahwa hadis mengenai puasa hari Senin, sebagai hari kelahiran Rasulullah, tidak hanya harus dipahami secara literal, tetapi juga diletakkan dalam konteks spiritualitas dan syukur (ta’zim). Menurut Ridwan, ulama besar telah menekankan bahwa perayaan Maulid merupakan ekspresi syukur atas nikmat kelahiran Rasulullah, yang secara kontekstual terlegitimasi oleh semangat hadis tersebut.

“Analisis saya menunjukkan bahwa tradisi Maulid adalah penjelmaan dari ta’zim dan syukur. Ini adalah upaya menghidupkan makna hadis secara lebih dalam, bukan sekadar ritual tanpa makna,” jelas Ridwan, yang gagasannya menuai apresiasi di hadapan akademisi lintas negara.

Sementara itu, Puja Kurnia Loka memilih tema yang lebih tajam dan mendesak yakni ancaman krisis moral di tengah derasnya arus digital. Kajiannya berjudul “Aktualisasi Konsep Al-Haya’ dalam Menangkal Fantasi Sedarah di Tengah Krisis Keluarga Modern.”

Puja secara lugas menyoroti maraknya fenomena fantasi sedarah (incest fantasy) yang kian mengancam ketahanan keluarga dan moral generasi muda di era digital. Ia menawarkan solusi mendasar dengan mengaktualisasi konsep al-haya’ (rasa malu) dalam ajaran Islam. Konsep ini dinilai sebagai kontrol perilaku primer yang esensial untuk menjaga kehormatan diri dan memperkuat pendidikan seksual Islami sejak usia dini.

Prestasi kedua mahasiswa ini dalam forum internasional yang dihelat UIN Imam Bonjol ini menegaskan peran UIN Bukittinggi dalam menyumbangkan pemikiran Islam yang segar, kontekstual, dan solutif.

Keberhasilan ini diharapkan tidak hanya menginspirasi mahasiswa di kedua institusi tersebut, tetapi juga memperkuat jejaring akademik lintas negara serta menunjukkan kapasitas intelektual mahasiswa Sumatera Barat dalam ranah internasional. (*Humas UIN Bukittinggi/WA)

*Kontributor : Ilham Mustafa

Aksesibilitas