Bedah Film Rohana Kudus, Kreativitas Muda Bersinar di AKAL-FUAD Movie Club

Bukittinggi (Humas) — Pusat Studi AKAL (Agama dan Kearifan Lokal) besutan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, sukses menggelar launching AKAL Movie Club pada Jumat (25/10). Acara perdana ini langsung menyajikan sajian menarik, yakni bedah film pendek “Perjuangan Roehana Koeddoes” karya mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam FUAD.

Film berdurasi 15 menit ini berhasil menggugah semangat audiens untuk mendiskusikan peran perempuan dalam sejarah, khususnya di Minangkabau. Melalui kisah Roehana Koeddoes, sosok pejuang emansipasi perempuan, film ini mengajak penonton untuk merenung dan kritis terhadap isu gender yang masih relevan hingga kini. Film ini juga telah menoreh prestasi dengan meraih medali perak dalam lomba film pendek di Festival Internasional SEIBA, di UIN Imam Bonjol Padang pada September lalu.

Tampil dalam kegiatan bedah film ini, Habibur Rahman sebagai pemantik sekaligus perwakilan dari mahasiswa penggarap film, dimoderatori oleh Penmardianto, MA  dan dua penanggap yang berasal dari kalangan dosen, yaitu Doni Nofra, M.Hum (Dosen Sejarah Peradaban Islam) dan Soraya Oktarina, M.I.P. (Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam).

Habiburahman mengatakan film garapannya ini terinspirasi dari salah satu isu dan realitas sosial di daerahnya bahwasanya ternyata hingga saat ini masih terdapat ketidaksetaraan terhadap perempuan Minangkabau. Film ini diproduksi dengan dana swasembada dari mahasiswa, dan dikerjakan dalam waktu kurang dari satu bulan.

Dok : Dosen dan Mahasiswa FUAD dalam Kegiatan Bedah Film AKAL Movie Club Perdana

Kegiatan launching AKAL movie club ini mendapat antusias yang tinggi dari para dosen, akademisi dan mahasiswa. Berbagai kritik, saran serta apresiasi mengalir mewarnai diskusi dan bedah film yang digelar di aula lantai 3 gedung Egypt UIN Bukittinggi ini.

Adapun sejumlah kritik dan saran dari pembedah yakni untuk sebuah film biografi, sebaiknya dilakukan riset dan kajian yang dalam agar cerita film tidak jauh berbeda dari aslinya. Perlunya memperhatikan kembali karakter pemain yang menjadi simbolitas masyarakat adat Minangkabau, serta mempertajam unsur unsur ke-arifan lokal yang menjadi point penting dan nyawa pada film.

Wakil dekan 1, sekaligus direktur Pusat Studi AKAL, Dr. Zulfan Taufik, mengatakan Kelompok Diskusi AKAL-FUAD Movie Club merupakan salah satu kegiatan yang diinisiasi oleh Pusat Studi AKAL (Agama dan Kearifan Lokal), bersama dengan program book club dan research club.

Kegiatan-kegiatan ini bertujuan menyediakan ruang bagi dosen dan mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) untuk berdiskusi dan mendiseminasikan karya-karya kreatif-akademis mereka.

“Kami berharap forum ini bisa memicu atmosfer akademik yang dinamis dan berkontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam integrasi antara agama dan kearifan lokal,” tutur Zulfan. (*Humas UIN Bukittinggi/WA)

Aksesibilitas