Bukittinggi (Humas)_UIN Bukittinggi kembali menegaskan posisinya sebagai pusat intelektual Islam di Sumatera Barat melalui penyelenggaraan Kuliah Umum bertajuk “Buya Hamka: Semangat Ummatik, Kesatuan Ummat, Meroboh Sepadan Negara Bangsa, dan Legasi Penjajahan” pada Selasa (12/11/2025). Dengan suasana penuh kekhidmatan dan semangat persaudaraan, kegiatan ini mengangkat gagasan besar tentang persatuan umat Islam tanpa batas negara, sebuah tema yang sejalan dengan warisan pemikiran ulama besar Minangkabau, Buya Hamka.
Kuliah umum tersebut menghadirkan tiga tokoh penting: Prof. Dr. Silfia Hanani, M.Si., Rektor UIN Bukittinggi; Dato’ Ahmad Azam Bin Abdul Rahman, Presiden Kolej Darul Hikmah Malaysia sekaligus Presiden Wadah dan Penasehat Menteri Anwar Ibrahim; serta Dato’ Ismail Ahmad, Ketua Persatuan Cendekiawan Minang Malaysia (PCMM). Para narasumber sepakat bahwa pemikiran Buya Hamka tetap relevan dan menjadi inspirasi bagi penguatan kesatuan umat Islam di era modern.
UIN Bukittinggi Dorong Penguatan SDM sebagai Warisan Pemikiran Buya Hamka
Dalam pemaparannya, Prof. Dr. Silfia Hanani menegaskan bahwa UIN Bukittinggi berkomitmen membangun sumber daya manusia (SDM) umat melalui pendidikan Islam yang berorientasi pada nilai kebersamaan, keterbukaan, dan kemajuan. Menurutnya, pembangunan SDM merupakan esensi dari cita-cita besar Buya Hamka.
“Pembangunan SDM harus menjadi fokus utama perguruan tinggi Islam. UIN Bukittinggi berkomitmen mencetak generasi yang tidak hanya unggul secara intelektual, tetapi juga memiliki kepedulian sosial dan semangat ukhuwah lintas bangsa,” ujarnya.
Prof. Silfia mengajak organisasi masyarakat (Ormas) Islam dan paguyuban Minangkabau di Malaysia untuk berperan aktif dalam penguatan SDM melalui dukungan pendidikan.
“Kami mengundang Ormas dan paguyuban Minangkabau di Malaysia untuk menjadi sponsor bagi anak-anak keturunan Minangkabau agar dapat melanjutkan studi di UIN Bukittinggi. Ini bukan hanya tentang pendidikan, tetapi tentang melestarikan warisan intelektual dan spiritual yang diwariskan Buya Hamka,” tambahnya.
Ia juga mengumumkan rencana pendirian Hamka’s Corner di kampus UIN Bukittinggi, sebuah pusat literasi dan ruang kolaborasi yang akan menjadi simbol persaudaraan intelektual Indonesia–Malaysia.
“Hamka’s Corner akan mempertemukan gagasan Islam yang maju, moderat, dan beradab,” jelasnya.
Buya Hamka sebagai Jembatan Kesatuan Islam Nusantara–Malaysia
Dato’ Ahmad Azam Bin Abdul Rahman dalam paparannya menyebut bahwa Buya Hamka merupakan tokoh pemersatu umat Islam yang pemikirannya melampaui batas negara dan mazhab.
“Buya Hamka mengajarkan bahwa kesatuan umat Islam tidak boleh dibatasi oleh garis geografis. Persaudaraan Islam bersumber dari akidah, bukan kebangsaan,” tegasnya.
Ia menilai bahwa dunia Islam membutuhkan kembali model kepemimpinan moral yang diwariskan Buya Hamka untuk menghadapi tantangan modernitas dan fragmentasi sosial.
“Inilah semangat yang ingin kami hidupkan kembali—Islam yang inklusif, berilmu, dan berakhlak,” tambahnya.
Sementara itu, Dato’ Haji Ismail Ahmad dari PCMM menekankan bahwa tokoh seperti Buya Hamka adalah warisan bersama masyarakat Nusantara.
“Kami di Malaysia melihat Buya Hamka sebagai simbol kebijaksanaan dan persaudaraan. Pemikirannya bukan hanya milik Indonesia, tetapi juga milik seluruh umat Islam yang merindukan kesatuan dan kemajuan,” ungkapnya.
Ia berharap kolaborasi akademik antara UIN Bukittinggi dan lembaga-lembaga pendidikan Islam di Malaysia terus berkembang sebagai upaya merawat nilai-nilai keislaman dan kemelayuan di kedua negara.
UIN Bukittinggi sebagai Episentrum Gagasan Kesatuan Umat
Diskusi yang dihadiri mahasiswa, dosen, dan akademisi UIN Bukittinggi ini menjadi ruang refleksi mendalam mengenai cita-cita besar Buya Hamka: membangun kesatuan umat Islam sedunia yang berlandaskan ilmu dan iman. Dari Bukittinggi, tanah kelahiran sang ulama besar, gema persaudaraan itu kembali mengalun, membawa pesan bahwa Islam sejati tidak terikat pada batas negara atau identitas sempit, melainkan berakar pada nilai kemanusiaan yang universal.
Kuliah umum ini sekaligus mempertegas peran UIN Bukittinggi sebagai pusat studi, pengembangan pemikiran, dan dialog internasional yang mendorong terciptanya generasi berwawasan global namun tetap berakar pada nilai keislaman dan kebudayaan Nusantara.
