Kolaborasi FUAD UIN Bukittinggi dan PUSAD Paramadina: Mediasi untuk Harmoni Bukittinggi

Bukittinggi (Humas) – Diskusi Publik bertajuk “Pengarusutamaan Mediasi di Kota Bukittinggi” digelar di Istana Bung Hatta, Bukittinggi, hasil kolaborasi antara Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Yayasan Paramadina dengan Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah (FUAD) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi pada Selasa (21/01/2025).

Acara ini dibuka oleh Direktur PUSAD Paramadina, Ihsan Ali Fauzi. Turut didampingi oleh Dekan FUAD UIN Bukittinggi, Prof. Syafwan Rozi, Staf Ahli Bidang Ekonomi Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, Saiful Bahri, Ketua DPRD Kota Bukittinggi, Syaiful Efendi, Staf Ahli Pemko Bukittinggi, Johni, Kakankemenag Kota Bukittinggi, Eri Iswandi serta Rektor Universitas Mohammad Natsir Bukittinggi.

Dalam sambutannya, Prof. Syafwan Rozi menekankan pentingnya kolaborasi semua pihak dalam memperkokoh kerukunan di Bukittinggi yang dikenal sebagai kota multi etnis.

“Sebagai kota dengan ragam etnis, budaya dan agama, Bukittinggi adalah ruang di mana dinamika dan dialektika kerap bertemu. Namun, perbedaan ini bukan alasan untuk terpecah belah, melainkan peluang untuk membangun sinergi,” ungkap Syafwan.

Dikatakannya, dari hal itulah peran perguruan tinggi, pemerintah, aparat, masyarakat, dan bundo kanduang bersatu untuk menjaga harmoni. “Kehadiran PUSAD Paramadina menjadi wujud nyata dalam upaya mencegah retaknya kerukunan, demi mewujudkan masyarakat madani yang adil dan damai,” imbuhnya.

Dok : Sambutan Dorektur PUSAD Paramadina, Ihsan Ali Fauzi, dalam Forum Diskusi Publik

Diskusi menghadirkan sejumlah narasumber yang membagikan wawasan terkait pentingnya mediasi dalam memperkokoh kerukunan. Mediator PUSAD Paramadina, Ismail Al-’Alam, melaporkan inisiatif mediasi yang telah dilakukan selama lima tahun terakhir. Kepala Perwakilan Komnas HAM Sumatera Barat, Sultanul Arifin, mengulas pengalaman mediasi terkait kebebasan beragama dan berkeyakinan.

Kepala Kemenag Kota Bukittinggi, Eri Iswandi, menyoroti urgensi mediasi dalam menjaga kerukunan umat beragama dari perspektif pemerintahan. Sementara itu, Ketua MUI dan Wakil Ketua FKUB Bukittinggi yang juga merupakan Dekan FEBI, Aidil Alfin, membahas mediasi dari perspektif tokoh agama.

Diskusi ini diikuti oleh 100 peserta, termasuk anggota FKUB dan alumni lokalatih mediasi. Kegiatan ini digelar sebagai respons atas tantangan yang masih dihadapi Indonesia dalam menjaga kerukunan, seperti konflik berbasis agama hingga persoalan pendirian rumah ibadat.

“Mediasi bukan sekadar alternatif penyelesaian sengketa, tetapi harus menjadi upaya untuk menciptakan masyarakat yang toleran dan harmonis melalui dialog inklusif, baik di tingkat keluarga maupun komunitas,” ujar Saiful Bahri.

Direktur PUSAD Paramadina, Ihsan Ali Fauzi, mengatakan bahwa mediasi adalah pendekatan yang menekankan kesetaraan dan solusi jangka panjang. “Kerukunan umat beragama tidak akan pernah selesai sepenuhnya. Akan ada tantangan terus-menerus, tetapi justru di sinilah mediasi berperan, mempertemukan pihak-pihak secara setara untuk mencari jalan keluar yang berkeadilan,” katanya.

PUSAD Paramadina mencatat, sejak Maret 2024, telah dilaksanakan empat kegiatan utama di Bukittinggi, termasuk asesmen, lokalatih mediasi bersertifikat, dan lokakarya pelembagaan mediasi. Kegiatan ini bertujuan mensosialisasikan pengalaman mediasi yang telah dilakukan di Bukittinggi, Manado, dan Banten.

Dok : Foto Bersama Pengukuhan Pengurus Mediator Provinsi Sumatera Barat

Dalam diskusi ini juga dilakukan pengukuhan pengurus mediator Provinsi Sumatera Barat dengan Ali Rahman yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan II FEBI sebagai ketua. Inisiatif mediasi ini diharapkan dapat memperkokoh kerukunan di Indonesia melalui dialog inklusif dan solusi jangka panjang.

UIN Bukittinggi, melalui Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah, terus menunjukkan komitmennya dalam memperkuat peran institusi akademik sebagai penggerak harmoni sosial. Dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang berbasis kajian akademik dan nilai-nilai religius, UIN Bukittinggi hadir sebagai mitra strategis dalam menjembatani perbedaan, memperkuat dialog lintas budaya, dan menciptakan solusi bersama.

“Meskipun mediasi bukanlah solusi instan, inisiatif ini menjadi upaya nyata untuk mengelola konflik dengan baik. Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa mediasi mampu menciptakan ruang dialog yang setara bagi semua pihak,” ujar Ihsan Ali menutup diskusi. (*Humas UIN Bukittinggi/WA)

Aksesibilitas